Pencarian

>

SHALAT MEMBANGUN KESHALEHAN RITUAL DAN KESHALEHAN SOSIAL

Hikmah Isra Mi’raj:

SHALAT MEMBANGUN KESHALEHAN RITUAL DAN KESHALEHAN SOSIAL                      

Oleh: Cecen Ahmad Khusaeri


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ العَلَّامِ،, الْقُدُّوْسِ السَّلَامِ , الْمُحِيْطِ عِلْمُهُ بِالْخَاصِ وَالْعَامِ،,

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ، ذُوْ الْجَلالِ وَالْإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ،اَشْرَفُ مُرْسَلٍ وَ اَكمَلُ اِمَامٍ

 اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ الْمَخْتُوْمِ بِخَاتِمِ النُّبُوَّةِ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحَابِهِ الْبَرَرَتِ الْكِرَامِ 

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ , اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . 

فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ , بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ  لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah !

Saat ini kita semua masih berada di bulan mulia Rajab, mengingatkan kembali terhadap peristiwa luar biasa yang pernah terjadi kepada bagina Rasulullah SAW, dikenal dengan istilah Isra wal Mi’raj. 

Isra adalah peristiwa, ketika Allah SWT memperjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram Makkah, menuju Masjidil Aqsha di Paletina, sedangkan Mi’raj adalah peristiwa dinaikkannya Rasulullah melintasi lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan manusia maupun jin, bahkan malaikat sekalipun. Semua kejadian luar biasa itu terjadi hanya dalam satu malam saja. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْرٰى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصٰى الَّذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ اٰيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ 

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Isra’: 1).

Hadirin Rahimakumullah !

Kita semua mengimani dengan sepenuh hati bahwa perjalanan Isra dan Mi’raj adalah sebuah kebenaran yang terjadi hanya kepada baginda Rasulullah SAW, rasul terpilih yang mendapat mu’jizat istimewa ini, beliau SAW sengaja diundang Allah SWT untuk mendapatkan titah suci, yakni ibadah shalat yang lima waktu. Sehingga ibadah shalat ini dibedakan dengan ibadah lainnya, tidak cukup dengan perantaraan malaikat Jibril, melainkan berjumpa untuk berdialog dengan Dzat Allah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu, ibadah shalat merupakan dialog antara seorang hamba dengan Tuhannya. Sehingga diantara ibadah lain, ibadah shalat merupakan ibadah yang membawa seseorang sangat dekat kepada Sang Maha Pencipta. Di dalam shalat, seorang hamba akan meminta agar jiwanya disucikan, sebagaimana yang diketahui bahwasanya salat merupakan bentuk penyerahan segenap diri seorang hamba dan permohonan hidayah-Nya.

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (Q.S. Al-An’am: 162).

Ayat ini menunjukkan suatu bentuk penyerahan diri seorang hamba agar disucikan jiwanya. Adapun sebetulnya kesucian yang dimaksud ialah kesucian jiwa dari hal-hal selain Allah di dalam salatnya. Namun tentu hal ini tidak dapat dilakukan jika seseorang tidak menghadirkan hatinya secara penuh ketika melaksanakan shalat. Sehingga, idealnya seorang Muslim secara totalitas bisa menghadirkan hati sepenuhnya saat ibadah shalat. 

Hadirin yang berbahagia !

Demikian mulia ibadah shalat ini, sampai-sampai bagina Rasulullah SAW menggambarkan shalat sebagai tiang agama. Sebagaimana beliau  bersabda:

الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ أقَامَهَا فَقدْ أقَامَ الدِّيْنَ وَمنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ

“Shalat adalah tiang agama, maka barangsiapa mendirikannya, sungguh ia telah menegakkan agamanya; dan barang siapa meninggalkan shalat, sungguh ia telah merobohkan agama nya itu” (HR al-Baihaqi).

Shalat merupakan tiang agama, tentu dalam menegakkannya akan mendapatkan tantangan baik dari luar ataupun dari dalam. Tantangan luar berasal dari orang lain atau lingkungan sekelilingnya, adapun dari dalam berasal dari sendiri berupa hawa nafsu, karena nafsu merupakan musuh terbesar bersemayam dalam diri seseorang yang selalu mendorong terhadap perbuatan buruk.  Sehingga idealnya pelaku shalat bisa menyalurkan nafsunya untuk terhindar dari pekerjaan maksiat. Allah SWT berfirman:

إِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُاللّٰهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut:45).

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ibadah Salat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan munkar, artinya bahwa shalat dapat menjadi pengekang diri agar seorang muslim menghindari dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan buruk tersebut. Dari Ibnu Abbas Ra, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللّٰهِ إِلَّا بُعْدًا

“Barang siapa yang salatnya tidak dapat mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan munkar, maka salatnya itu tidak lain makin menambah jauh dirinya dari Allah".

Hadirin Rahimakumullah !

Demikan mulianya ibadah shalat ini, merupakan identitas seorang muslim sejati,  sehingga apabila seorang muslim mengatakan berjuta teori tentang kebaikan, andaikan dia mengabaikan ibadah shalat, maka teorinya menjadi mentah. Sebaliknya, seorang muslim yang melaksanakan shalat dengan baik, maka berjuta kebaikan pun akan nampak daripadanya. Di hadits lain Rasulullah SAW bersabda: 

أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ

“Perkara yang pertama kali dihisab dari seoranghamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun menjadi buruk. (HR. Thabrani).

Hadits ini menjelaskan bahwa baik dan buruknya ibadah seorang Muslim, sangatlah terpengaruh daripada ibadah shalatnya ketika di dunia kini. 

Ibadah shalat idelanya bukan semata ibadah ritual yang sudah diatur syarat dan rukunnya, namun ibadah shalat akan berefek terhadap keshalehan sosial, menjadikan individu yang ramah, santun, penyayang dan selalu empati terhadap orang yang lemah, serta gemar tolong menolong terhadap yang membutuhkan, merupakan identitas seorang Muslim yang sebenarnya. 

Semoga melalui peringatan Isra Mi’raj yang sering kita laksanakan, bisa meningkatkan keimanan dan kecintaan kita kepada baginda Rasulullah SAW yang diaplikasikan dengan meningkatkan kwalitas ibadah shalat, sehingga membawa hikmah dalam kehidupan, agar  menambah keshalehan ritual bagi pribadinya, serta berpengaruh terhadap keshalehan sosial. Menjadi suri tauladan bagi orang lain, membawa ke arah ketenangan lingkungan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aamiin ya mujiibassailiin.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،, 

وَتَقَبَلَّ اللّٰهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ،, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ .

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى،. 

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اَلْعَلِيُّ الْأَعْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ النَّبِيُّ الْمُصْطَفٰى وَالرَّسُوْلُ الْمُجْتَبٰى .، 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدٰى .

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ : اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . 

وَقَالَ اللّٰهُ تَعاَلَى : إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْن اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ . اَللّٰهُمَّ اصْلِحْ أَإِمَّتَنَا وَأُمَّتَنَا وَقَضَاتَنَا وَعُلَمَائَنَا وَفُقَهَائَنَا وَمشَايِخَنَا صَلَاحًا تَامًّا عاَمًّا، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُّهْتَدِيْنَ .  اَللّٰهُمَّ نْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ اَهْلِكْ اَعْدَاَ أَلدِّيْنَ،وَاَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِينَ،وَفُكَّ أَسْرَى الْمَأْسُوْرِيْنَ،وَفَرِّجْ عَنِ الْمَكْرُوْبِيْنَ وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنِ الْمَدْيُوْنِيْنَ وَاكْتُبِ السَّلَامَةَ عَلَيْنَا وَعَلَى الْمُسْلِمِيْنَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرُ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الَمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلاَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قُدِيْرٌ. رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 

عِبَادَ اللّٰهِ،, اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . 

فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ .