RAMADHAN YANG KURINDUKAN
Oleh : H. Siswanto, S.Th.I.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ سَيِّدَ الْأَيَّامِ وَالشُّهُوْر، أَفَاضَ فِيْهِ الْخَيْرَ وَالنُّوْر، سُبْحَانَهُ يَغْفِرُ الذُّنُوْب، وَيَسْتُرُ الْعُيُوْب، وَهُوَ عَلَّامُ الْغُيُوْب.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، شَهَادَةً تُطَهِّرُنَا مِنَ الْفُجُوْر، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِدَناَ مُحمّداً عَبدُهُ ورَسُولُه، اَلْعَبْدَ التَّقِيَّ النَّقِيَّ الشَّكُوْرَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْر.
أَمَّا بَعْد؛
فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: ((يَأَ يُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ)) .لَقَدْ قَالَ تَعَالىَ فِي الْكِتَابِ: ﴿يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ٧١ ﴾ ( الاحزاب/33: 70-71)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Nada-nada indah dalam pujian dan syukur, senantiasa kita haturkan kepada Dzat yang tiada pernah lupa dan tidur, Dialah Allah Al Ghafur yang senantiasa melimpahkan kasih sayang dan mengampuni dosa kesalahan kita tanpa pamrih dan ukur.
Selawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Baginda nan mulia, sebaik-baik insan manusia, sang pelita yang membawa umat dari jaman gelap gulita menuju terang benderang kehidupan beragama, Rasulullah Muhammad saw. Nabi dan Rasul tercinta.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Hari ini Jumat II, 8 Maret 2024 M/27 Syakban 1445 H. Aura Ramadan begitu meriah. Seolah-olah semua makhluk telah siap menerima kehadiran tamu agung nan penuh berkah. Bukan hanya untuk umat Islam, teapi juga untuk semesta alam. Lihat dan saksikanlah, sepanjang mata memandang, pengurus DKM sedang berbenah mempersiapkan masjid menjadi lebih asri dan megah, bersih-bersih laundri karpet dan sajadah, mengganti cat hingga persiapan tenda tambahan untuk para jemaah.
Sementara itu tak mau ketinggalan, pusat-pusat perbelanjaan menata ulang displai dan penampilan. Aneka lampu lentera warna-warni bergelantungan. Dihias berbagai artifisial ketupat dan unta pajangan, tak lupa aneka kurma pun bermunculan. Sementara di depan pintu masuk, aneka kue dan biskuit dipamerkan, dijaga beraneka warna dan rasa sirup yang menggiurkan. Sajadah dan sarung dibentangkan, mukena dan busana muslim berdatangan meriahkan datangnya Ramadan, berburu berkah dan keuntungan.
Penduduk muslim pun menyibukkan diri, rumah-rumah direnovasi, pagar dan tanaman hias diganti, tak lupa mempercantik meja dan kursi. Sungguh inilah Ramadan yang kurindukan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Aneka persiapan menyambut Ramadan di negeri tercinta, penuh dengan nilai-nilai sakral agama dan budaya. Di sana ada filosofi dan makna, sesuai dengan sejarah latar belakang dan kearifan lokal masyarakatnya. Pada masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, dikenal budaya nyekar, nyadran, padusan, dugderan, dandangan, dan megengan. Pada masyarakat Sunda, ada cucurak, papadangan, botram, dan munggahan. Pada masyarakat Aceh ada tradisi meugang, Sumatera Barat dengan tradisi malamang dan balimau, Riau dengan tradisi pacu jalur, Bali dengan tradisi megibung, Betawi dengan tradisi nyorog, dan aneka tradisi lain sesuai daerah masing-masing.
Semua itu bukanlah bidah dalam agama, namun merupakan tradisi budaya yang menunjukkan ekspresi kegembiraan mereka menyambut datangnya bulan suci Ramadan yang mulia. Maka tak elok kita menyalahkan dan melarangnya. Merasa paling benar dan jumawa. Biarlah berjalan sesuai tradisi masa. Menjadi bagian seni budaya, bukan agama. Maka meskipun berbeda mari kita hormati dan kita jaga, demi utuhnya persaudaraan di nusantara. Bahkan boleh jadi berpotensi wisata, yang akan memperkaya khazanah budaya bangsa. Tugas kita adalah merawat dan mengawalnya, dari potensi intervensi asing yang melanggar etika, dogma, norma dan agama. Meluruskan tanpa mematahkan. Mencuci tanpa mencaci.
Begitu pula para salafus saleh pendahulu umat ini, mereka adalah sebaik-baik generasi setelah Rasulullah saw. yang senantiasa merindukan Ramadan dalam doa-doanya, dan kerinduan itu semakin memuncak ketika masuk bulan Rajab, maka mereka berdoa Allahumma barik lana fi Rajaba wa Syakbana waballighna Ramadana. Mereka begitu siap menyambut Ramadan segenap jiwa raga, bahkan ketika Ramadan berlalu mereka menangis antara sedih dan gembira, sedih karena berpisah dengan tamu istimewa, gembira karena berkesempatan menikmati indahnya Ramadan. Salah satu generasi tabi’in, Ma’la bin Fadhal bercerita bahwa dahulu sahabat Rasulullah berdoa sejak enam bulan sebelum masuk Ramadan, agar Allah menyampaikan umur mereka ke bulan suci nan penuh berkah itu. Lalu enam bulan setelah Ramadhan berlalu, mereka berdoa pula agar Allah terima semua amal ibadah mereka dengan ucapan:
أللهمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ، وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي، وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلًا
Ya Allah, sampaikan aku ke Ramadan dalam keadaan selamat. Ya Allah, selamatkan aku saat Ramadan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima. (HR. at-Thabrani).
Para sahabat menyambut Ramadan dengan lampu-lampu nan indah, masjid-masjid yang terang benderang, anak-anak yatim dan dhuafa yang tersantuni dan berkecukupan, maka nilai-nilai keteladanan ini yang seharusnya kita lestarikan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Menyambut ramadan tentu bukan dengan seremoni belaka, namun setidaknya ada persiapan dan perbekalan khusus agar Ramadan tak berlalu tanpa makna. Setidaknya ada 4 (empat) bekal yang perlu kita siapkan, yakni:
1. Bekal Ilmu
2. Bekal Fisik
3. Bekal Finansial
4. Bekal Sabar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Bekal Ilmu, Ramadan adalah bulan ibadah. Maka marilah kita jadikan setiap detiknya bernilai ibadah. Namun tiada ibadah yang lebihindah melainkan atas dasar ilmu. Ilmu menuntun kita dari dungu menjadi tahu. Ilmu akan menjadikan mengubah sesuatu yang susah menjadi mudah. Ilmu akan mengubah yang lambat menjadi cepat. Ilmu akan mengubah yang biasa menjadi berharga. Maka hiasai Ramadan ini dengan ilmu, agar puasa kita puasa orang yang berilmu, salat kita, tilawah kita, sedekah kita, sahur kita dan seluruh amalan kita adalah amalan orang yang berilmu. Ilmu membawa kita kepada ketenangan lahir dan batin. Beramal dengan ilmu membuat kita puas, sebaliknya beramal tanpa ilmu menjadikan kita was-was. Allah berfirman dalam Al Qur’an,
﴿ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ ٩ ﴾ ( الزمر/39: 9)
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang berilmu, dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar/39: 9)
Bekal Fisik, Ramadan sebagai bulan ibadah, tentu memerlukan kesiapan fisik yang kuat, kesehatan yang prima, agar kita mampu berpuasa tanpa lapar dahaga, mampu salat tanpa pernah terlambat, mampu membaca Al Quran tanpa merasa keberatan, mampu tarawih dan witir tanpa tanpa kantuk dan khawatir. Terlebih Ramadan tahun ini bertepatan dengan bulan Maret, musim hujan menuju pancaroba. Butuh persiapan fisik agar tetap sehat walau hujan menerpa,tetap tegar meski terik siang hari menguras tenergi dan tenaga. Maka siapkan asupan makanan bergizi secara proporsional, ditambah suplemen vitamin dan aneka herbal lainnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Bekal Finansial, tidak menuntut kita untuk kaya, namun jika kita berkecukupan tentu akan menambah ketenangan dalam beribadah. Dengan harta kita bisa berderma, menunaikan zakat, infak dan sedekah kepada sesama. Maka carilah uang sebanyak-banyaknya untuk kebutuhan Ramadan yang mulia. Setiap rupiah kan berlipat ganda jika kita belanjakan di jalan yang diridaiNya. Bagi yang mampu silakan wisata religi, umrah dan ziarah ke makam Nabi. Umrah Ramadan berpahala tinggi, setara dengan ibadah haji. Hal ini sebagaimana sabda Nabi kepada sahabat wanita yang karena sualtu alasan tidak bisa berhaji:
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bekal Sabar, Ramadan adalah bulan ujian. Ujian dari segala ujian. Betapa banyak orang yang melewati Ramadan, namun tidak mendapatkan kebaikan. Bersabarlah dalam segala aspek. Bersabar mencari ilmu, bersabar dalam beramal, dan bersabar dalam dakwah. Sabar menghadapi berbagai macam ancaman, tantangan, halangan dan gangguan. Puncak kesabaran itu ketika kita rida dengan Allah, dan Allah pun rida dengan kita. Maka jika ada yang memancing kemarahan, katakan kita sedang puasa, ada yang mengajak kepada kemaksiatan, katakan kita sedang berpuasa. Bahkan meskipun tiada seorangpun yang tahu, sadari bahwa ada Allah yang Maha Tahu. Jangan sampai puasa kita tanpa menyisakan sedikitpun pahala, karena kebodohan dan kelalaian kita, sebagaimana Rasul bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang haram, juga berperilaku seperti perilaku orang-orang bodoh, maka Allah tidak butuh dengan puasanya dimana dia meninggalkan makanan dan minuman. (HR. Bukhari)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kita semua berharap kan bisa bertemu dengan Ramadan yang tinggal menghitung jari. Namun kita tak pernah tahu kapan umur terhenti. Kita tak pernah tahu kapan datangnya ajal, maka semakin perkuat doa dan harapan agar terkabul pertemuan kita dengan Ramadan yang dirindukan. Ramadan yang sama setiap tahunnya, namun senantiasa dirinkan karena keistimewaannya. Ramadan yang tak pernah membawa kecewa, Ramadan yang selalu hadir dengan suka cita penuh keberkahan dan bahagia. Semoga Allah pertemukan kita di salat tarawih malam pertama hingga purna, dan berjumpa kembali Ramadan Ramadan berikutnya.
Marilah kita berdoa agar Allah Yang Maha Kuasa senantiasa menjaga diri kita, menyelamatkan dari kejamnya fitnah dunia, melindungi lisan dari ucapan yang tak berguna, mencegah tangan dari tulisan yang membawa petaka. Melindungi indra dari perkara maksiat dan dosa.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُولُ مَا تَسْمَعُوْنَ، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ للَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ، وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُوْلَ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللّه تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. إِنَّ ٱللَّهَ وَ مَلَٰٓئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ، يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ، وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ، وَاغْفِرْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْن، وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ، وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِيْمُوا الصَّلاَةَ.