Pencarian

>

PESAN PEMBEBASAN PASCA PUASA

PESAN PEMBEBASAN PASCA PUASA

Oleh : M. Taufik Hidayatulloh


إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَآءَ وَاتَّقُوْا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامِ إِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kita semua dengan aneka kenikmatan, terutama nikmat iman dan Islam sebagai nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang menjadi teladan kita semua. Mengawali khutbah ini khatib berwasiat kepada diri sendiri, dan juga kepada para jama’ah shalat Jum’at, yaitu marilah kita semua senantiasa berupaya untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan semua perintah-perintah-Nya, seraya menjauhkan diri dari segala apa yang menjadi larangan-larangan-Nya.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Belum lama berselang, kita meninggalkan sebuah bulan yang penuh kenangan. Bulan tersebut merupakan bulan Ramadhan yang agung dan penuh keberkahan. Rasulullah bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ

Artinya :

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah…” (HR. Ahmad)


Tentunya selama bulan Ramadhan yang mulia tersebut, kita seakan berlomba untuk memakmurkannya dengan mengisi berbagai amalan ibadah baik bersifat personal maupun sosial. Namun demikian, tidak terasa kita sudah meninggalkan bulan Ramadhan ini. Sehingga secara otomatis kita sudah berada di luar bulan di mana semua amal ibadah diterima, pahala dilipat-gandakan, dosa-dosa dilebur, gerbang-gerbang surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan diikat. Terlebih di bulan mulia itu pula, ada satu malam yang istimewa disebut lailatul qadar, yang keutamaannya melebihi seribu bulan. Allah SWT berfirman dalam surat Al Qodr ayat 1-5 ; 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ 

Artinya :

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?(2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.(4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”(5)

Tidak ada hal yang dapat kita lakukan dihampir penghujung bulan syawal ini, kecuali kita rasakan kesedihan mendalam yang teramat sangat telah ditinggalkan oleh bulan yang agung tersebut. Satu-satunya penghibur lara adalah kita masih berada di bulan Syawal yang secara arti bermakna bulan peningkatan. Dalam pandangan inilah sejatinya kita telah merasakan charge penuh kembali untuk menjalani kehidupan seperti biasa dengan godaan yang semakin beragam dan melenakan. Kita pun akan dihadapkan kembali sebagai pribadi baru pemiik kompetensi mengendalikan nafsu hasil puasa dalam menghadapi gejolak nafsu setelah puasa.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Sejarah telah membuktikan bahwa segala macam bencana kekacauan seringkali berasal dari sumber nafsu. Dengan alasan lapar (makan), orang sering melakukan tindakan gelap mata—melakukan tindakan-tindakan yang anarkis, sampai mencuri. Dengan alasan lapar (harta), orang sering melakukan tindakan gelap hati—melakukan korupsi, bahkan melacurkan diri.


Dengan berpuasa inilah, khususnya di bulan Ramadhan, seseorang dilatih untuk tidak  menjadikan lapar sebagai pembenaran (justifikasi) terhadap pelanggaran-pelanggaran moral maupun hukum. Manusia yang dikendalikan oleh nafsu negatifnya—fujurnya—hedonismenya, dia akan terkondisikan menjadi orang yang terbiasa melakukan pelanggaran nilai-nilai kebaikan, etika dan moral. Begitu juga sebaliknya, manusia yang dikendalikan oleh takwanya, akan terkondisi menjadi seorang pembela keadilan dan kebenaran. Hal ini tak lain karena dalam diri setiap manusia dipancarkan dua macam kendali—yakni kendali negatif (fujur) dan kendali positif (takwa). Allah SWT berfirman dalam surat Asy Syams ayat 8 ;

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Artinya :

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”


Melalui capaian kemampuan (kompetensi) mengendalikan nafsu hasil dari puasa inilah, manusia sejatinya terbebas dari kungkungan (penguasaan) hawa nafsunya sendiri.  Dalam konteks ini lah puasa diartikan sebagai pembebasan diri manusia dari kendali dan penguasaan nafsu negatif tersebut. Karena ketika kendali negatif (fujur) bisa dikendalikan, maka yang segera terpancar adalah kendali positif (takwa), sebagaimana tujuan akhir dari perintah puasa ini, la’allakum tattaquun (agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa).


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Dengan muatan pembebasan dari puasa bermakna bahwa setelah amal shaleh itu muncul dalam diri pribadi bagaimana ia bisa ditarik ke lingkup sosial yang lebih luas menjadi kesalehan sosial. Dengan kata lain bahwa puasa personal yang dilakukan pada bulan puasa harus dapat diimplementasikan ke dalam puasa sosial, yaitu puasa yang distrukturkan (diwujudkan) ke dalam tatanan masyarakat agar orang hidup dengan taat terhadap hukum, supaya orang memiliki komitmen untuk jujur dan seterusnya.

Pesan puasa yang berhasil ditarik ke lingkup puasa sosial ini dapat kita teladani dari kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kisah dimulai ketika pada suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada Umar bin Abdul Aziz. Utusan tersebut tiba di kediaman Umar bin Abdul Aziz ketika malam menjelang. Meskipun sudah malam, Umar tetap menemui utusan tersebut. Utusan itu pun masuk dan Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayan untuk menyalakan lilin sebagai penerangan. Umar bertanya kepada utusan tersebut tentang segala hal yang berkaitan dengan keadaan rakyat dan penguasa di daerahnya. Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang keadaan rakyat kepada Umar bin Abdul Aziz. Tidak ada sesuatu pun yang dia sembunyikan. Selanjutnya, utusan itu bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz tentang keadaan diri dan keluarganya. 

Tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz meniup lilin dan menyuruh pelayan untuk menyalakan lilin kecil. Cahaya dari lilin tersebut tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang lemah. Umar bin Abdul Aziz pun mempersilakan utusan tersebut untuk bertanya tentang diri dan keluarga beliau. Rupanya utusan itu heran dengan perbuatan Umar bin Abdul Aziz yang mematikan Iilin yang kemudian bertanya tentang sikap Umar yang mematikan lilin. Umar pun menjelaskan bahwa lilin yang beliau matikan adalah harta Allah dan kaum muslimin atau milik negara. Ketika utusan tersebut bertanya tentang urusan negara dan urusan rakyat, lilin itu dinyalakan. Begitu pembicaraan berbelok tentang keluarga dan keadaan pribadi, Umar pun mematikan lilin milik kaum muslimin tersebut. 

Demikianlah kisah yang terkenal ini, seakan mengingatkan kita tentang upaya pembebasan diri dari hal yang tidak semestinya. Menjadikan sebuah keniscayaan setelah bulan Ramadhan ini untuk mewujudkan puasa setelah puasa. Kini kembali ke zaman di mana kita berada sekarang, dengan sedemikian rupa wajah dunia sekeliling. Maka semakin pentinglah untuk menangkap pesan pembebasan yang terkandung dalam ajaran puasa ini. Kita berharap bahwa puasa kita sekarang bukanlah suatu ritual rutin yang tidak mampu memberikan dampak apapun bagi perubahan bangsa ini. Namun sebaliknya kita berharap bahwa puasa yang kita lakukan ini dapat berbuah semangat untuk berbuat kebaikan meski sebesar kepakan sayap, dan semoga akan dapat menciptakan tata kehidupan yang rahmatan lil ‘alamien. Amiiin.  Amiin Ya Robball ‘alamiin.


Demikian khutbah yang singkat ini kami sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  


KHUTBAH II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

  أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. 

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ