Pencarian

>

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERBURUHAN

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERBURUHAN

Oleh : M. Taufik Hidayatulloh


إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ الذَّيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَآءَ وَاتَّقُوْا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامِ إِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan kita dalam bentuk yang sempurna. Shalawat dan salam semoga terus tercurah kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dengan cahaya Islam. Pada kesempatan ini, kami selaku khatib mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, takwa dalam arti selalu berusaha untuk menghadirkan Allah dalam semua kondisi. Takwa inilah yang akan membedakan kemuliaan insan di sisi Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Hujurat ayat 13:

انَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Saat ini, masalah perburuhan masih tetap relevan dalam konteks isu penting dunia. Setiap tahun, pada tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh yang dikenal juga dengan sebutan "May Day". Hari buruh ini diadakan perayaan pada hakikatnya sebagai upaya penghormatan kepada para buruh yang memiliki peran kunci dalam dinamika sosial dan ekonomi masyarakat. Selanjutnya, mari kita telaah bagaimana Islam memandang perburuhan, dan bagaimana kita dapat menjadikan Nabi Muhammad SAW dan istrinya, Siti Khadijah RA sebagai contoh teladan dalam hubungan terkait kerja ini.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT mengungkapkan perhatian-Nya terhadap orang-orang mustadl'afin (orang yang lemah), yang mencakup berbagai lapisan masyarakat, termasuk para buruh di dalamnya. Ini menunjukkan signifikansi peran buruh dalam struktur sosial masyarakat. Terdapat pula hadits Nabi yang membahas hak-hak buruh, yang mengingatkan kita akan pentingnya menghormati mereka sebagai rekan sekerja yang layak.

Melalui pemahaman nilai-nilai Islam tentang perburuhan, kita dapat menciptakan hubungan kerja yang penuh kasih sayang. Dengan mengejar keteladanan Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah RA dalam hal ini, kita dapat memastikan bahwa hubungan antara buruh dan majikan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, penghargaan, dan pemenuhan hak-hak yang telah ditetapkan oleh agama kita. 

Hal ini menandakan satu hal, bahwa dalam Islam, peran buruh dianggap sangat penting. Oleh karena itu, ajaran Islam tidak hanya sekedar memberikan perhatian, tetapi lebih jauh dari itu, memberikan panduan yang bersifat operasional. Beberapa panduan tersebut mencakup:

• Memenuhi hak buruh: 

Ajaran Nabi Muhammad Saw. menekankan pentingnya membayar upah buruh secara adil dan tepat waktu. Hadits riwayat Ibnu Umar menyebutkan:

أُعْطُوا الْأَجِيْرُ أُجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقَهُ

"Bayarlah upah buruhmu sebelum peluh keringatnya mengering," (HR. Ibnu Majah)

Telah menjadi pedoman yang tegas tentang perlunya memperlakukan buruh dengan adil. Contoh nyata dari prinsip ini adalah ketika sebuah perusahaan memberikan gaji kepada karyawannya sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dan tepat waktu, tanpa penundaan atau pengurangan yang tidak adil.

• Tidak membebaninya dengan beban yang berat;

Islam secara tegas melarang pembebanan yang berbahaya terhadap buruh, yang melebihi kemampuan mereka. Dalam hadis Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda:

وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ

“Janganlah kalian membebani mereka (budak), dan jika kalian memberikan tugas kepada mereka, bantulah mereka.” (HR. Bukhari). 

Ini mencerminkan komitmen Islam terhadap keselamatan buruh. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memastikan bahwa para karyawannya diberi tugas yang sesuai dengan keterampilan dan kemampuan mereka, serta memberikan pelatihan yang diperlukan untuk menghindari risiko (cedera), adalah implementasi nyata dari prinsip ini.

• Berhak untuk mendapatkan kesejahteraan;

Islam memperhatikan masalah kesejahteraan buruh. Dalam cuplikan sejarah, Rasulullah SAW sangat perhatian terhadap kebutuhan pembantunya. Bahkan sampai pada menyemangati untuk menikah. Dari Rabi’ah bin Ka’b al-Aslami, beliau menceritakan: Saya pernah menjadi pelayan Nabi SAW. Beliau menawarkan: “Wahai Rabi’ah, kamu tidak menikah?” Aku jawab: “Tidak ya Rasulullah, saya belum ingin menikah. Saya tidak punya dana yang cukup untuk menanggung seorang istri, dan saya tidak ingin disibukkan dengan sesuatu yang menghalangiku untuk melayani Anda.” Rasulullah SAW kemudian berpaling dariku. Setelah itu beliau bertanya lagi: “Wahai Rabi’ah, kamu tidak menikah?” Aku pun menjawab dengan jawaban yang sama: “Tidak ya Rasulullah, saya belum ingin menikah. Saya tidak punya … dst.” Rasulullah SAW kemudian berpaling dariku. Kemudian aku ralat ucapanku, aku sampaikan: “Ya Rasulullah, Anda lebih tahu tentang hal terbaik untukku di dunia dan akhirat.” Aku bergumam dalam hatiku: “Jika beliau bertanya lagi, aku akan jawab: Ya.” Ternyata Nabi SAW tanya lagi untuk yang ketiga kalinya: “Wahai Rabi’ah, kamu tidak menikah?” Aku langsung menjawab: “Ya, perintahkan aku sesuai yang Anda inginkan.” Selanjutnya, Nabi SAW memerintahkanku untuk mendatangi keluarga fulan, salah seorang dari suku Anshar … (HR. Ahmad).

Dengan demikian, Islam mendukung terpenuhinya berbagai hak buruh, termasuk juga dalam hal perumahan misalnya. Hal ini memberikan keadilan bagi buruh yang mungkin menghadapi kesulitan akibat keadaannya sebagai buruh.

Melalui pengamalan prinsip-prinsip ini, kita dapat memastikan bahwa hubungan antara buruh dan majikan didasarkan pada penghargaan, dan pemenuhan hak-hak, serta keadilan yang telah ditetapkan oleh agama Islam. Atas dasar hal tersebut, selayaknya juga kita menjunjung tinggi keadilan, terutama terhadap buruh, sebagai bagian dari prinsip Islam yang hakiki.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah RA menggambarkan contoh sempurna hubungan antara buruh dengan majikan. Dalam Surah Ad-Dhuha, ayat 8, Allah berfirman: 

وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ

Artinya: "Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan." Ini menggambarkan bagaimana Nabi Muhammad SAW, awalnya seorang buruh, kemudian menjadi majikan ketika bekerja di perusahaan Khadijah RA.”


Sebagaimana bahasan Sirah Nabawiyah, selama periode awal pernikahan mereka, Nabi Muhammad SAW kita ketahui bekerja sebagai seorang buruh yang mendedikasikan dirinya dengan bekerja di perusahaan Siti Khadijah RA. Hubungan mereka dalam bisnis ini demikian tak tergoyahkan berkat Siti Khadijah RA memberikan dukungan dan kepercayaan secara penuh kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW kemudian setelah menikah, menjadi majikan yang bijaksana dan dicintai.

Hubungan baik antara Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah RA dalam konteks pekerjaan adalah simbol dari hubungan yang saling menguntungkan. Mereka menunjukkan bagaimana pentingnya dukungan, kepercayaan, dedikasi tinggi, dan penghargaan satu sama lain dalam sebuah kerjasama. Dala hal ini, Nabi Muhammad SAW yang memiliki dedikasi tinggi dalam pekerjaannya sebagai buruh, serta Siti Khadijah RA yang memberikan dukungan dan penghargaan, pada akhirnya menciptakan lingkungan kerja yang sukses.

Dalam konteks peran apapun kita, baik sebagai buruh atau majikan, kita dapat mengambil inspirasi dari Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah RA. Dalam banyak hal misalnya kita dapat membangun hubungan kerja yang harmonis, di mana buruh mendpatkan reward yang sesuai sementara majikan memperoleh hasil yang memuaskan. Kepercayaan dan penghargaan sekali lagi adalah kunci utama dalam menciptakan hubungan buruh-majikan yang sukses. Istimewanya, contoh dari Nabi SAW ini dapat menjadi panduan berharga bagi kita dalam dunia kerja saat ini.


Maasyiral Muslimin Rakhimakumullah,

Di momen Hari Buruh ini, mari kita tinjau bagaimana Islam memandang buruh dan kita kemudian akan menyadari betapa pentingnya kedudukan buruh dalam Islam. Selanjutnya kita tunjukkan penghargaan kepada saudara-saudara kita, dan terus berdoa agar Allah SWT memberikan mereka kesejahteraan dengan limpahan rahmat-Nya. Amin ya Rabbal 'Alamin. 


باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِن الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَقُلْ رَبِّي اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خُيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.



Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ في ِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ