Pencarian

>

KEPEMIMPINAN RASULALLAH SAW DALAM MEMBANGUN KESHALEHAN SOSIAL

KEPEMIMPINAN RASULALLAH SAW DALAM MEMBANGUN 

KESHALEHAN SOSIAL


Oleh: H. Badrul Munir Gojali, M. Ag 


اَلْحَمْدُ  لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ  أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَشْهَدُأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللّٰهِ أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن ، اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللّٰهِ  أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللّٰهَ  وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


Jamaah shalat jum’at rahimakumullâh,

Puji dan Syukur tiada henti kita panjatkan kepada Allah SWT yang tak henti-hentinya memberikan kenikmatan kepada kita semua, shalawat dan salam semoga terus terlimpahkan kepada Rasulallah Saw nabi agung dan rasul mulia kekasih Allah SWT, kepada keluarganya, sahabt-sahabatnya dan kepada kita selaku ummatnya mudah-mudahan kita mendapatkan syafa’atnya dihari kelak.

Mengawali khutab saya mengajak mari kita terus tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT yakni dengan melaksanakan segala perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya. Ada sebuah ayat Al-Qur’an yang cukup menggambarkan bagaimana karakter kepemimpinan Rasulullah sebagai penyampai risalah sekaligus pemimpin. Ayat tersebut berbunyi:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS at-Taubah: 128)

Ayat ini setidaknya mengungkapkan bahwa Allah menurunkan risalah kepada umat manusia melalui sosok yang mulia, sosok yang agung dari jenis manusia, dan ini akan memudahkan kita mencontoh karena sama-sama manusia, berjuang secara manusiawi, kalau manusia disuruh mencontoh manusia itu wajar yang tidak wajar adalah manusia disuruh mencontoh jin atau malaikat. 

Rasul diutus kedunia adalah sosok manusia bukan jin ataupun malaikat yang sukar dijangkau. Kalau rasul yang diutus oleh Allah SWT itu jin, kemudian berhasil didalam melaksanakan tugasnya itu tidak istimewa, kalau Allah SWT mengutus malaikat menyampaikan risalah kemudian sukses kita tidak merasa kagum, saya yakin semua manusia didunia akan iman semuanya, mungkin karena takut dengan rasulnya. Tapi ini rasul manusia kemudian diutus untuk menyampaikan risalah berhasil adalam waktu 23 tahun lamanya ini sangat istimewa.

Hal ini mengandung hikmah untuk memudahkan umat manusia dalam meneladani sosoknya. Nabi Muhammad SAW adalah figur yang sangat dekat dengan umatnya, memahami dan sanggup berkomunikasi (berbahasa) secara baik dengan sasaran dakwahnya. Sebagaimana manusia lainnya, Rasulullah merasakan apa yang dirasakan manusia pada umumnya seperti lapar, haus, butuh istirahat, bisa terluka, kepanasan, kedinginan, dan lain sebagainya. Namun, justru dari sinilah umatnya bisa belajar keteladanan luar biasa tentang kesederhanaan, kesabaran, keikhlasan, keberanian, kejujuran, kedermawanan, dan sifat-sifat positif lainnya dalam wujud yang sangat nyata. Rasulullah tampil dalam wujud yang manusiawi, tapi sekaligus sarat nilai-nilai kemanusiaan. Lalu apa karakter rasulallah dalam membangun kesholehan sosial yang dijelaskan dalam al-qur’an surat attaubah ayat 128

Pertama Rasulullah memiliki karakter عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ mempunyai rasa empati yang amat tinggi terhadap penderitaan umatnya. Beliau memberi teladan kepemimpinan yang tidak memberatkan. Merasakan berat apa yang dirasakan berat oleh orang lain, merasakan sedih jika ummatnya bersedih, menangis tatakala seseorang merasa didzalimi oleh orang lain, antara rasul dengan ummatnya seperti manusia didepan cermin kalau anda tersenyum cermin itu ikut tersenyum persis seperti wajah anda, ketika anda sedih cermin akan kelihatan ikut sedih. Itulah Rasullah Saw. 

Sehingga rasulallah Saw bersabda:

وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

Artinya: “Allah akan memenuhi hajat seorang hamba selagi orang tersebut memenuhi hajat orang lain.”

Karakter semacam ini perlu kita teladani di masa sekarang ini tentunya dengan melihat kondisi dan kebutuhan saat ini. Rasa empati bisa kita berikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah, kepada orang-orang yang mengalami kemiskinan, orang-orang yang mengalami keterbelakangan Pendidikan dan lain sebagainya bisa membatu dengan berupa materi, pikiran atau tenaga dan  Rasa empati ini kiranya dapat mendorong kita untuk membantu mereka sehingga mereka terbebas atau terkurangi dari penderitaan tersebut. 

Hadirin sekalian kalau kita semua ini sudah ikut merasakan beratnya orang lain, ada disebelah rumah kita bersedih kita tidak bisa tidur karena tetangga sedang bersedih. Ketika tetangganya kelaparan kita bisa merasakan bagaimana laparnya tidak ada makan. Tapi kalau sebaliknaya Ketika tetangga sedih kita malah Bahagia, Ketika tetangga merasa kelaparan kita malah berpoya-poya, malah kita berkata wajar dia jadi sedih dia jadi lapar karena kelakuannya. Ekspresi tidak merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain itu bukan ummat rasulallah Saw.

Kalau ada orang yang memusuhi anda lalu dia tersengkur biarkan itu karena kelakuan dia, itu bukan seorang mukmin. Mu’min itu adalah seperti sifat karakter Rasulallah Saw yaitu selalu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Jamaah shalat jum’at rahimakumullâh,

Kedua, حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ Nabi juga merupakan sosok yang sangat menginginkan keselamatan dan kebahagiaan bagi umatnya. Ingin kita menjadi orang-orang yang baik, maka kalau diantara ummatnya melakukan sunnahnya, melakukkan suatu kebaikan senyumlah rasulallah Saw, tetapi kalau ada satu saja diantara sekian banyak ummatnya melakukan dosa dan maksiat dan dosa itu adalah menjadi linangan air mata rasulallah Saw.

Ketika seorang guru dengan susah payah mengajar ilmu kepada murid-muridnya, ustadz dan kiyai membimbing dan mengajarkan kepada santri-santrinya agar murid dan santrinya menjadi orang baik, menjadi generasi yang sholeh dan sholehah itu sudah meniru sifat rasulallah Saw.

Ketika orang tua dengan peras keringat banting tulang mencari nafkah buat anak-anaknya agar menjadi anak yang baik menjadi anak yang sholeh itu sudah meniru akhlak rasulallah Saw. Ketika seorang pemimpin dengan menginginkan rakyatnya Sejahtera dan bahagia, maju dan bermutu, aman dan nyaman itu juga telah mencontoh sifat rasulallah Saw itulah yang dinamakan  حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ 

Ibnu Katsir saat menerangkan harîshun ‘alaikum menghubungkannya dengan hidayah dan kemaslahatan bagi umatnya baik di dunia maupun di akhirat. Beliau mendorong adanya proses kesadaran ilahiyah dalam setiap embusan nafas manusia, juga tersingkirnya madarat atau kerugian bukan hanya secara duniawi tapi juga ukhrawi.

Ketiga, ayat tersebut menegaskan tentang sifat Nabi yang raûf (welas asih) lagi rahîm (penyayang) kepada umatnya, sifat-sifat seperti ini yang telah dimiliki oleh rasulallah Saw sehingga tidak tanggung-tanggung rasa welas asih dan kasih sayang ditempelkan kepada rasulallah Saw, mengapa sifat Allah SWT ditempelkan kepada Rasulallah Saw mengapa? Sebab sifatnya itu luar biasa melebihi rata-rata ummat manusia, sehingga rasul adalah manusia tapi manusia luar biasa bagaikan intan permata. Ini sekaligus menunjukkan keistimewaan derajat Nabi Muhammad. Dua nama indah Allah dilekatkan pada diri beliau subhanallah.

Rasul cinta dan sayang kepada ummatnya, dalam catatan Sejarah rumah beliau itu amat kecil, tidurnya diatas pelapah korma, kadang sampai berbekas dipipinya, sarapan pagi seteguk air Zamzam, sepotong roti, kadang-kadang sebiji kurma, ditengah kemiskinanya Allah SWT pernah menantang beliau:

وَلَسَوۡفَ يُعۡطِيۡكَ رَبُّكَ فَتَرۡضٰىؕ

Artinya: “Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”.(Ad-Duha: 5)

Allah SWT menantang wahai Muhammad apa saja yang menyenangkan hatimu Allah akan berikan, apa yang kamu mau katakana saja, Allah akan memberikan kekuasaan yang luas kalau kamu mau, engkau akan menjadi raja diraja, menjadi king of king, jika kamu ingin kaya Jabal uhud sanggup menjadi bukit emas. Ternyata rasulallah Saw bisa semuanya tapi apa kemauan Rasulallah Saw, apa yang dia pinta kepada Allah SWT yakni yang membuat menyenangkan hati saya jangan ada satu ummat saya yang masuk neraka. Subhanallah itulah akhlak kepemimpinan Rasulallah Saw.

Semoga kita semua mampu menyerap pelajaran dari watak pemimpin agung kita tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yang dengan karakter tersebut akan lahir sosok pribadi yang sholeh dan juga dapat menjadi manusia yang dapat merubah tatanan sosial menjadi baik dan beliaulah sosok yang paling pantas menjadi panutan ideal umat manusia di seluruh dunia.


باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ