ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN
Oleh: Cecen Ahmad Khusaeri
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْعَلِيْمِ الْخَبِيْرِالسَّمِيْعِ الْبَصِيْرِ, أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا،, وَأَحْصَى كُلَّ شَيْئٍ عَدَدًا , لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيْرِ،.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ .
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ ذَوِى الْفَضْلِ الْكَبِيْرِ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
وَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ , بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .
وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Agama Islam hadir di muka bumi, untuk menyelamatkan dan membangun peradaban umat manusia, sehingga diharapkan tercipta keharmonisan yang menuju kedamaian dalam tiap lini kehidupan baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.
Oleh karena itu idealnya dimanapun orang Islam berada, maka akan menjadi rahmat bagi sekelilingnya. Sebab Islam adalah rahmat bagi sekalian alam atau lebih populer disebut Islam rahmatan lil ‘alamin. kalimat ini tentunya bukan sekedar slogan atau sebatas pemanis bibir penghias lisan. Akan tetapi menjelma menjadi akhlak mulia penganutnya, sebagai tolak ukur yang menggambarkan kemuliaan agama yang dibawa oleh Raslullah SAW ini.
Allah SWT mengutus baginda Rasulullah SAW sebagai standar akhlak yang mesti dijadikan panutan dalam hidup dan kehidupan seutuhnya. Sebagaimana firman Allah:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Q. Al-Ahzab: 21).
Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan:
وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
"Dan Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya:107).
Adapun arti kalimat rahmatan lil alamin yang disematkan kepada baginda Rasulullah SAW yakni berupa akhlak mulia (akhlakul karimah) atau berupa hukum meliputi perintah, larangan juga anjuran, imbauan untuk tidak melakukan sesuatu, senantiasa membawa kemaslahatan dalam hidup dan kehidupan di alam nan fana ini. Kasih sayang beliau diaplikasikan dalam nasihat-nasihat dan pergaulan, bukan saja terhadap sesama umat manusia melainkan terhadap seluruh makhluk yang ada di alam raya ini. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim itu adalah yang menyelamatkan muslim lain dari perkataannya, dan dari perbuatan tangannya” (HR. Nasa’i).
Hadirin Rahimakumullah!
Firman Allah SWT yang tertuang pada surat Al-Anbiya ayat 107 di atas, menegaskan bahwa diantara tujuan diutusnya Nabi Muhammad, untuk menanamkan rasa kasih sayang kepada semua umat manusia, bahkan kepada seluruh alam tanpa memandang latar belakangnya.
Keutamaan akhlak Rasulullah SAW tercermin dalam perilaku sehari-hari menunjukkan dirinya sebagai seorang pembawa rahmat Allah SWT. Beliau menampakkan kasih sayang yang tinggi bukan saja terhadap penganut Agama Islam, melainkan pada alam, lingkungan, binatang juga terhadap penganut agama lain bahkan terhadap mereka menolak ajarannya.
Selain itu, yang dimaksud rahmat pada ayat di atas adalah tidak menjadikan ilmu pengetahuan tentang agama Islam sebagai media propaganda dan pemecah belah umat. Sebab persatuan merupakan salah satu sendi-sendi Islam dan kekuatan paling solid sebagai agama yang menjunjung nilai-nilai moral dan kemanusiaan.
Jadi jelas sekali bahwa Islam mengajarkan kepada pemeluknya perihal pentingnya menjalin hubungan yang ramah dalam bingkai toleransi intern dan antar umat beragama. Hal ini tidak lain adalah sebagai bukti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW merupakan ajaran rahmat bagi alam semesta.
Untuk menumbuhkan nilai-nilai toleransi yang harus dipahami pertama kali, adalah kesadaran bahwa perbedaan dalam agama merupakan hal yang tidak bisa dihindari, bahkan Al-Qur’an juga menginformasi perihal kebebasan tersebut, sebagaimana firmanNya:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 6).
Umat Islam wajib meyakini bahwa hanya ajaran agamanya yang paling benar. Namun dalam konteks relasi bermasyarakat, klaim itu tidak boleh sampai mengganggu penganut agama-agama lain. Demikian juga agama lain, tidak dibenarkan mengganggu agama Islam. Ayat 6 surat Al-Kafirun ini adalah sebuah pesan tentang kebebasan beragama, bahwa Islam tidak mengajarkan pemaksaan, sebab keragaman agama adalah sebuah fakta dan Islam mendorong umatnya untuk hidup berdampingan secara damai dengan umat lainnya, tanpa saling menjelekkan apalagi saling mengusik.
Oleh karenanya, untuk menciptakan persatuan antar umat beragama, toleransi menempati posisi yang sangat penting dalam ajaran Islam, tidak ada cara paling tepat selain berlaku toleran, ramah, dan penuh kasih sayang kepada semua orang. Syekh Sulaiman al-Jamal dalam salah satu kitabnya juga memberikan penjelasan perihal kata rahmat pada frase rahmatan lil-alamin dalam ayat di atas. Beliau mengatakan:
اَلْمُرَادُ بِالرَّحْمَةِ الرَحِيْمُ. وَهُوَ كاَنَ رَحِيْمًا بِالْكَافِرِيْنَ. أَلَا تَرَى أَنَّهُمْ لَمَّا شَجُّوْهُ وَكَسَرُوْا رَبَاعِيَتَهُ حَتَّى خَرَّ مُغْشِيًّا عَلَيْهِ. قَالَ بَعْدَ اِفَاقَتِهِ اللّٰهُمَّ اهْدِ قَوْمِى فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Yang dimaksud dengan rahmat adalah ar-rahim (bersifat penyayang). Nabi Muhammad SAW adalah orang yang bersifat penyayang kepada orang kafir. Tidakkah Anda lihat, ketika orang kafir melukai Nabi dan mematahkan beberapa giginya, hingga ia terjatuh dan pingsan, kemudian ketika sadar ia berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah! Berilah hidayah untuk kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui’,”
Hadirin yang berbahagia !
Rasulullah SAW menampakkan kasih sayangnya yang sangat tinggi, bahkan pada keadaan yang sangat genting dan nyawa beliau hampir terancam sekalipun beliau tetap ramah kepada mereka yang memusuhi bahkan hendak membunuh Nabi. Jika dalam keadaan seperti itu saja Rasulullah bersikap toleran kepada pemeluk agama lain, maka sudah menjadi kewajiban dalam keadaan damai seperti di Indonesia, toleransi menjadi sikap yang harus dipedomani semua umat beragama.
Dimanapun kita berada dan sebagai apapun kedudukan kita, marilah kita pertontonkan kemuliaan akhlakul-karimah ini, agar masyarakat sekeliling bisa merasakan bahwa hidup berdampingan dengan umat Islam menjadi kenyamanan dan kedamaian sebenarnya. Sehinga akan teripta ketenangan yang membawa kenyamanan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Amiin ya Rabbal alamiin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللّٰهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
KHUTBAH KEDUA:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى،.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اَلْعَلِيُّ الْأَعْلى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ النَّبِيُّ الْمُصْطَفٰى وَالرَّسُوْلُ الْمُجْتَبٰى .،
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدٰى .
أَمَّا بَعْدُ : فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ, اِتَّقُوْااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ .
وَقَالَ اللّٰهُ تَعاَلَى : إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْن اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ,
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ , وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ,
اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ .
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ .
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللّٰهِ،, اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ .