Pencarian

>

ISLAM MERAWAT KEBHINEKAAN

ISLAM MERAWAT KEBHINEKAAN

Oleh: Cecen Ahmad Khusaeri


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُوْلٰى وَالْاٰخِرَةِ،, أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ عَلٰى نِعَمِهِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ،.

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ .

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ عِبَادَاللّٰهِ : اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . 

فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ , بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .

لَا إِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ .


Ma’asyiral Musimin Rahimakumullah !

Negara kita merupakan negara yang besar, bukan saja karena penduduknya banyak dan dikelilingi oleh ribuan pulau, akan tetapi dihuni oleh beragam suku, ras, bahasa, juga beragam keyakinan dan kepercayaan. Oleh karena itu andaikan tidak saling menghargai, maka akan mudah terjadi gesekan baik antar pribadi, antar golongan, antar suku ataupun antar pemeluk agama dan kepercayaan. 

Demi menjaga kedaulatan negeri yang kita cintai ini, maka dibutuhkan sikap legowo untuk toleran terhadap kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Agar senantiasa menciptakan suasana kondusif baik untuk pribadi baik untuk pribadi apalagi untuk orang lain, maka sikap toleran sangat dibutuhkan dalam setiap sendi kehidupan.


Hadirin Rahimakumullah !

Sikap toleran dibutuhkan dari mulai lingkungan terkecil seperti keluarga. Kelangsungan kehidupan berkeluarga mensyaratkan agar setiap pasangan toleran terhadap pasangannya masing-masing, sehingga setiap pasangan yang memasuki gerbang rumah tangga semestinya memahami kebiasaan dan kehendak pasangannya. Kalau tidak, akan menjadi salah satu pemicu pertengkaran, apabila satu sama lain bersikeras mempertahankan pendapatnya masing-masing.

Sikap toleran juga dibutuhkan dalam membangun kehidupan bertangga, merupakan bagian terkecil dari kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk menjaga keharmonisan bertetangga tentu dibutuhkan sikap toleran atau saling menghargai satu dengan lainnya.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perbedaan ras, suku, bahasa, budaya, adat, kepercayaan, andaikan tidak saling menghargai satu dengan yang lainnya seringkali menjadi pemicu terjadinya konflik yang berakibat suasana menjadi tidak kondusif baik untuk pribadi apalagi untuk orang lain. 

Demikian pula dalam kehidupan beragama, perbedaan pendapat masalah khilafiah juga adakalanya menjadi sumber perpecahan, andaikan tidak disikapi dengan saling legowo menghargai pendapat satu dengan yang lainnya. Biasanya salah satu pemicu intoleransi antern beragama adalah karena pemahaman terhadap literatur, hanya terbatas dalam dogmatis dari pimpinannya, tanpa membaca literatur orang lain. atau bisa jadi adanya sikap tidak suka terhadap individu sehingga penilaiannya menjadi pribadi yang subjektiv.

Apalagi kota-kota, manakala penduduknya multi-ras, multi-Agama dan kepercayaan. Perbedaan Agama dan kepercayaan adakalanya menjadi konflik. Padahal sudah menjadi hak setiap orang untuk mempercayai bahwa agamanya-lah yang benar. Namun dalam waktu bersamaan, yang bersangkutan juga harus menghormati jika orang lain juga berpikiran serupa. Karena hal itu merupakan masalah pribadi, tidak banyak gunanya memaksa seseorang untuk mempercayai atau memeluk suatu agama kalau tidak dibarengi dengan kepercayaan dan keyakinan penuh dari orang tersebut. 


Hadirin Rahimakumullah !

Agar merasa nyaman berada dalam kebhinekaan memerlukan perawatan, maka Islam sejak zaman Rasulullah SAW menawarkan solusi tentang hal ini. Konsep tentang kewajiban toleran telah banyak diajarkan dan dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW. diantaranya sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 256, Allah SWT berfirman: 

لَا إِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut (tuhan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah:256).

Kebebasan untuk memilih agama dalam ayat ini mengandung maksud, bahwa untuk memeluk agama Islam tidak menghendaki adanya paksaan, melainkan melalui kesadaran dan keinginan pribadi yang bersangkutan. Bagi mereka yang berkenan dipersilahkan, bagi yang tidak adalah hak mereka sendiri untuk menolak dengan sepenuh hati. 

Sama halnya dengan yang termaktub dalam Surat Al-Kafirun, Allah SWT berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ . لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ . وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُمْ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ . لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ .

“Katakanlah (hai Muhammad): "Wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu pun tidak menyembah Tuhan yang aku sembah. Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu pun tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamu dan untukkulah agamaku” (Q.S Al-Kafirun:1-6).


Melalui ayat ini dapat difahami, bahwa Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin agar tidak ikut-ikutan dalam upacara peribadatan agama lain, karena ajaran Islam mempunyai batasan-batasan tertentu dalam beribadah dan berkeyakinan. Namun tidak juga memaksakan ajaran Islam kepada mereka, karena bagi mereka (orang non Muslim) agama mereka, bagiku (orang Islam) agamaku. Nampak di sini adanya keseimbangan, antara tidak turut campur dalam urusan ibadah agama masing-masing dan tidak memaksakan agama kepada mereka.

Namun diharapkan bagi non muslim, untuk tidak pula memaksakan agamanya kepada orang yang suah menganut agama tertentu.


Hadirin yang berbahagia !

Perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk merajut tali persaudaraan antar sesama manusia. Sebab Allah SWT menciptakan planet bumi ini tidak untuk satu golongan agama tertentu. Oleh karena itu, pemaksaan dalam perkara agama disamping bertentangan secara diametral dengan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang merdeka juga berlawanan dengan ajaran Islam itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 256 tadi: "Tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Sungguh telah nyata (berbeda) kebenaran dan kesesatan". 

Bahkan Rasulullah SAW pernah mendapat teguran dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِيْ الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ 

"Jikalau Tuhanmu berkehendak, tentulah semua orang yang ada di muka bumi ini telah beriman semua, maka apakah kamu (wahai Muhammad) akan memaksa seluruh manusia hingga mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (Q.S Yunus : 99).


Tidak adanya izin teologis dari Allah Yang Maha Pencipta untuk melakukan pemaksaan dalam urusan agama ini menjadi ditolerir, karena Allah SWT telah memposisikan manusia sebagai makhluk berakal yang mampu untuk membedakan dan memilih agama yang diyakini dapat mengantarkan dirinya menuju gerbang kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

Oleh karena itu, marilah kita selamatkan bangsa ini dari perpecahan dan krisis multidimensial, akibat pemahaman agama yang minim. Bukan hanya dari kita sebagai warga Muslim, tetapi juga dari mereka kalangan non-Muslim. Agar senantiasa terjalin hubungan antar penduduk, menjalin kenyamanan yang menciptakan persatuan dan kesatuan di setiap lini kehidupan. 

Mudah-mudahan negeri kita menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur. Aamin ya Rabbal Alamiin !


بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللّٰهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ،, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .


KHUTBAH KEDUA:


الْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ . 

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ .

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ: اِتَّقُوا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى :

إِنَّ اللّٰهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،, يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ .

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً , يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ .

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. 

رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ .

عِبَادَ اللّٰهِ،: إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . 

فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ .