Oleh: Wahyudin (Pengawas PAI Kemenag Kab. Bekasi)
Saya teringat dengan analisa Satria Dharma (2017) Penggagas Gerakan Literasi Sekolah, dikatakan bahwa empat Keterampilan Berbahasa (menyimak, berbicara,membaca dan menulis), keterampilan menulis lah yang dianggap sebagai keterampilan berbahasa tertinggi, dan oleh karenanya dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih dalam melatihnya. Gagasan ini sangat bermakna, karena keterampilan menulis tentunya harus diiringi dengan beberapa keterampilan lain dalam upaya menggali dan mengoleksi informasi.
Benarkah demikian? Yah, sebelum menulis lazimnya didahului dengan menyimak, membaca dan bisa jadi mengamati serta kontemplasi. Saat itulah timbul inspirasi dan ide untuk menuliskannya. Banyak orang merasa bingung, untuk memulai menulis. Padahal dalam benaknya berisi gagasan dan konsep brilian, namun lagi-lagi sulit untuk menggoreskan pena dan menuangkan dalam untaian kata-kata. Inilah problem besar yang dirasakan, terutama bagi seseorang yang baru mengenal literasi, terutama keterampilan menulis.
Sebagai pengalaman pribadi bisa dituangkan. Saat saya mengawali menulis merasa bingung, mulai dari mana harus menulis? Padahal di depan sudah bertumpuk "seabrek" buku referensi, namun sekali lagi mengapa sulit untuk menuangkan menjadi kalimat bermakna? Kemudian saya kontak sahabat penulis dari Bogor Kang Esef Muhammad Zaini, beliau berujar: yang penting Kang Wahyu , mempunyai opini. Menulislah berangkat dari opini. Setelah opini terurai, ternyata kata perkata menjadi kalimat bermakna terus mengalir menjadi sebuah artikel, essai,puisi dan prosa bermakna.
Subhanallah, segala sesuatu dibutuhkan proses pelatihan secara rutin. Terlebih keterampilan menulis harus terus diasah dan dilatih. Al-Qur'an mengabadikan dengan statemen yang dahsyat memotivasi kita untuk menulis: "Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam". (QS. Al-Alaq [96]: 4). Kalimat "Allama Bilqalam" artinya mengajarkan dengan proses yang lama dan harus berulang-ulang dengan perantaraan tulis baca. Dengan menulis, semua gagasan kita akan tersampaikan bahkan akan abadi. Hebat bukan?
Ternyata perintah menulis banyak tertuang di dalam Al-Qur'an. Ini satu indikator, bahwa menulis sangat urgen menurut Allah SWT yang harus diambil hikmahnya oleh kita semua sebagai khalifah fil ardi.
Di sisi lain, dengan menulis akan menjadi insan merdeka. Mengapa? Karena dengan kita menulis tentunya memiliki jiwa merdeka. Merdeka dalam arti, bebas untuk menyampaikan ide, tentunya yang mampu menginspirasi dan memotivasi banyak orang. Bahkan menurut Kang Catur Nurrohman Penulis dari Bogor bahwa dengan menulis bisa "mengantarkan Tiket ke Surga". Coba bayangkan, andai dua, tiga bahkan jutaan orang setelah membaca tulisan Anda kemudian mereka bergerak menuju kebaikan maka Anda memiliki Andil besar terhadap kebaikan tersebut. Sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW: "Siapa orang yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya...". (HR. Muslim)
Subhanallah, luar biasa bukan? Juga dengan menulis, Anda termasuk orang yang bermanfaat bagi insan sekitar bahkan dunia. Maukah dicatat menjadi insan bermanfaat? Menulislah. Sekali lagi menulislah.
Minimal dua reward bagi orang yang menulis, yaitu menjadi insan berjiwa merdeka dan bermanfaat bagi sesama sangat dibutuhkan di era yang penuh kompetisi ini. Karena dengan menulis, semua ide yang melekat di benak akan ditularkan dan dikomunikasikan pada dunia. Anda bisa menulis tentang kondisi negara tercinta, ranah agama bahkan menulis tentang kondisi manca negara dengan pelbagai problematikanya. Semuanya bisa dengan menulis.
Semoga saja uraian singkat ini membangkitkan spirit kita untuk menulis. Jangan ada keraguan untuk menulis, karena setiap orang pasti mampu untuk menulis. Hernowo (2006:h.46) dalam bukunya "Quantum Writing" menegaskan teruslah menulis. Jangan pikirkan tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat. Jika sudah tidak ada lagi yang bisa Anda tuliskan atau Anda menemui halangan mental, ulangilah semua yang sudah Anda tuliskan. Ingin berjiwa merdeka dan bermanfaat bagi dunia? Menulis dan menulislah.
Wallahu 'Alam.
Cikarang,15 Agustus 2017
22 Dzulqa'dah 1438 H
Penulis, Sekretaris Pokjawas PAI Kemenag Kab. Bekasi)