Majalengka (Humas). Buya HAMKA mengungkapkan : "Kalau hidup hanya sekedar hidup, kera di rimba juga hidup. Kalau kerja hanya sekedar kerja, kerbau di sawah juga kerja,"
Ungkapan tersebut adalah sebuah sindiran keras bagi siapapun yang bernama manusia. Bahwa bagaimanapun juga tujuan hidup ini bukan sekedar survive dalam kehidupan. Agar bisa tetap bernafas, dan tujuan hidup bukan hanya sekedar cari makan atau hanya sekedar untuk bekerja. Tentu ada makna yang sangat agung. Ada pesan yang sangat luhur ketika kemudian manusia diciptakan oleh Tuhan di dunia ini.
Demikian hal tersebut disampaikan Kasubag TU Dr. H. Heru Hoerudin, M.Ag. mengawali amanatnya di saat memimpin apel pagi Senin (29/7/2024) di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Majalengka.
Hadir mendampingi Kepala Kantor Dr. H. Agus Sutisna, S.Ag. M.Pd., Kasi Bimas Islam H. Sofyan Firdaus, S.H., Kasi Penmad Dr. Hj. Euis Damayanti, M.P.Kim., Kasi PD Pontren H. Ade Firmansyah, S.Sos., M.Pd.I. Kasi PAI H. Dudi Taufik Rahman, S.Ag., M.Pd. Kasi PHU H. Abu Mansyur, S.Ag., M.Pd.I. dan Penyelenggara Zakat Wakaf Dr. H. Ojun Rojun, M.Ag. serta jajaran Pengawas Madrasah dan PAI.
Lebih lanjut Heru menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari di dunia kerja memang pada prinsipnya setiap pegawai sudah memiliki SK dan dalam SK tersebut tertuang jabatan dan posisi kita. Oleh karena itu sebagai tindak lanjut dari SK pada turunannya, menurut Heru disana ada tupoksi, ada beban kerjanya berapa banyak, jenis-jenis pekerjaan, tugas pokok dan fungsinya juga ada sangat jelas.
Berkaitan dengan hal tersebut, bila dikaitkan dengan ungkapan Buya Hamka diatas, kalau hanya sekedar bekerja untuk menjalankan tupoksi nampaknya tidak ada satu pun di lingkungan kantor Kementerian Agama Kabupaten Majalengka yang tidak bekerja tidak sesuai tupoksi.
"Kita sudah melakukan yang terbaik apabila dikaitkan dengan tupoksi kita. Buktinya tidak ada satupun unsur-unsur yang tidak dikerjakan di lingkungan kerja. Tetapi pertanyaan besarnya adalah bila dimaknai secara konotatif dari ungkapan diatas, apakah memang kita hanya sekedar melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi secara rutin, sementara tidak memiliki nilai diferensiasi dengan yang lainnya." Jelas Heru.
Terkait dengan pola kerja, Heru juga mengajak agar merubah paradigma dari pola kerja aku dan kamu menjadi kita. Menurutnya bahwa hal itu bisa menjadi paradigma yang baik.
"Kalau berbicara hanya aku dan kamu bukan kita, maka saya jamin apa yang kita kerjakan itu ya apa adanya saja. Sehingga kalau ke-kitaan ini berkurang, kayaknya kita hanya seperti biasa saja." Ujar Heru.
Paradigma tentang kekitaan harus benar benar dijadikan ukuran untuk meningkatkan kinerja pegawai. Oleh karena itu ada dua hal yang harus dilakukan untuk memperkuat paradigma kekitaan. Pertama, segera merespon dengan baik ketika pimpinan memiliki orientasi tertentu terkait dengan kepentingan dinas. Kedua, ketika institusi memiliki target, memiliki tujuan atas nama institusi, agar segera dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Selain itu, Heru juga menyampaikan terkait dengan sektor kehumasan. Menurutnya bahwa humas itu merupakan tanggung jawab bersama tidak hanya humas itu sendiri.
"Walaupun memang tupoksinya ada di humas. Jelas itu melekat jadi kewajiban humas. Bahwa bagaimana pun juga maju mundurnya humas ya tergantung kepada humas. Tapi ada factor eksternal yang juga cukup menentukan yaitu kita semua. Sehingga tentu saya berharap, dalam hal ini ya masing-masing seksi leading sektor kita itu bisa berkontribusi terhadap kehumasan yang ada di kita." Harap Heru.
"Kalau kita berbicara kita, bukan berbicara kamu dan saya, saya yakin kita semua akan terpanggil dalam semua hal termasuk juga di bidang kehumasan bahwa ini juga bagian dari tanggungjawab kita." Tegasnya.
Kontributor: Taupik Hidayat