Oleh :
Herwan S.Pd.I, M.Mpd
(Guru PAI. SMAN 1 Parungkuda Kabupaten
Sukabumi)
Rasulullah SAW sangat menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Ketika Perang Badar usai, ada 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan, masing-masing mereka diminta untuk mengajar kurang lebih sepuluh orang anak-anak dan orang dewasa Madinah dalam membaca dan menulis sebagai salah satu syarat pembebasan mereka. Akhirnya, bukan hanya puluhan tawanan yang terbebaskan tapi juga 700 orang terlepas dari belenggu buta huruf. Lalu, masing-masing mereka pun diminta menjadi guru bagi orang lain yang belum mampu membaca dan menulis.
Nilai terbaik dan tertinggi dari murid-murid beliau terletak pada tingkat
ketaqwaan. Implementasi nyata pada akhlak dan amal shalih yang berkelanjutan
dilaksanakan oleh mereka. Proses pendidikan menghasilkan para sahabat yang
langsung beramal, berbuat dengan ilmu yang didapat karena Allah SWT bukan
karena lainnya, tidak hanya berkata-kata namun terpancar pada setiap gerak
langkah dan perilaku. Semangat ini yang seharusnya mewarnai dan menjadi
landasan pokok pendidikan kita kedepan.
Pada era dimana berita atau informasi yang begitu cepat dan massif melalui sosial media saat ini, semangat literasi juga dapat diartikan suatu tekad untuk senantiasa mempelajari berita atau informasi dengan baik terlebih dahulu (check and recheck) sebelum menyebarkannya. Perhatikan kelayakan keshahihan sumber atau rujukan, pelajari baik dan buruk atau manfaat tidaknya saat berita atau informasi itu tersebar, pastikan tujuan semata-mata hanya karena Allah untuk perbaikan dan kemajuan, sehingga tidak ada yang tersakiti atau tersinggung secara pribadi bagi pembaca dan penikmat berita atau informasi.
Ditulis diketinggian puncak Gunung Salak 2.211 mdpl 20:58